Minggu, 10 Maret 2019

Partisipasi Politik Generasi Milenial Muslim




Tahun 2019 adalah tahun politik,  dimana rakyat Indonesia akan melaksanakan hajatan besar memilih pemimpin. Tidak terkecuali generasi milenial yang suara mereka akan menentukan kemana arah bangsa akan dibangun. Menurut Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi menyebut pemilih milenial menjadi penentu siapa pemimpin kedepannya dan ke mana arah bangsa akan dibangun. Pramono menyebut pemilih milenial ini menurut data KPU, jumlahnya mencapai 70-80 juta dari sekitar 193 juta pemilih. Artinya mencapai 35-40 persen yang memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu. Generasi milenial berusia 15-34 tahun tersebut memiliki jumlah populasi yang cukup besar di Indonesia, yakni 34,45 persen. Partisipasi politik generasi milenial tidak hanya sebagai pemilih,  tetapi juga sebagai yang dipilih. Mereka banyak yang dipasang sebagai calon pemimpin dari daerah sampai ke pusat.  Menurut data DSC KPU,  sebanyak 21 persen atau 930 calon caleg berusia 21-35 tahun.


Potensi besar yang dimiliki generasi milenial ini memang tidak bisa dipandang sebelah mata untuk melakukan perubahan keadaan bangsa. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran generasi milenial dalam peristiwa Arab spring tahun 2010 yang membawa angin perubahan pada negeri-negeri di Timur tengah.  Dari Tunisia sampai ke seluruh Jazirah Arab.
Dari besarnya potensi yang dimiliki generasi milenial ini serta banyaknya mereka di negeri ini. Maka dari kedua calon pemimpin berusaha mengambil hati generasi milenial agar berpartisipasi dalam politik demokrasi sekuler. Baik menjadi pemilih atau yang dipilih. upaya untuk mengambil hati mereka ada yang dengan cara, merubah penampilannya menjadi sering memakai sneaker dan nge-vlog serta ada juga memilih wakil yang merepresentasi generasi milenial.

Alih-alih generasi milenial ingin berpartisipasi dalam politik demokrasi yang bertujuan ikut berperan dalam merubah keadaan bangsa lewat suara mereka dan keberadaan mereka di parlemen.  Tidak disadari mereka hanya sebagai alat untuk melanggengkan politik demokrasi sekuler yang melahirkan pemimpin dzolim dan rezim liberal. Pemimpin yang hanya berperan sebagai regulator antara pihak swasta dengan rakyat Yang dipimpinnya dalam pemeliharan urusan publik. Sehingga berpartisipasi politik dengan memilih pemimpin dalam bingkai politik demokrasi sekuler serta keberadaan generasi milenial dalam parlemen,  tidak akan merubah keadaan negeri ini menjadi lebih baik karena sistem yang dijadikan sebagai pondasi dalam memimpin masyarakat adalah sistem yang rusak. Partisipasi seperti ini apabila tersusul adalah partisipasi politik yang keliru bagi generasi milenial muslim.

Generasi milenial Muslim seharusnya merujuk kepada Rasulullah SAW dan para sahabat sebagai tauladan dalam berpartisipasi aktivitas politik. Pondasi mereka dalam aktivitas politik adalah aqidah Islam.  Yang tidak memcampurkan antara yang haq dan yang batil. Sehingga mereka tidak memanfaatkan kepemimpinan Qurays yang berkuasa di Makkah pada saat itu dan tidak juga memilih pemimpin dari qurays yang sedikit mudhorotnya bagi mereka. Karena Yang mereka pahami adalah bukan hanya salah pemimpinnya tetapi sistem jahiliyah yang menjadi pondasi kekuasaan qurays adalah sistem rusak yang melahirkan pemimpin yang dzalim serta kerusakan yang ada di masyarakat makkah.  Sehingga aktivitas politik yang mereka lakukan adalah menyeru masyarakat makkah agar masuk ke dalam Islam serta menyeru pemimpin qurays agar memeluk Islam dan mengurusi urusan masyarakat makkah dengan Islam.

Menurut syaikh Abdul Qadim Zallum, Aktivitas politik adalah tindakan Yang dilakukan untuk mengurus kepentingan rakyat (umat) yang dilakukan oleh individu-individu, partai-partai, kelompok-kelompok, suatu negara atau sekelompok negara.
Menyeru kebaikan dan melarang perbuatan mungkar terhadap penguasa dzalim adalah aktivitas mengurusi umat. Begitu juga bersikap kritis terhadap penguasa tidak lain juga bentuk aktivitas mengurusi umat Dan kepentingan mereka.
Maka partisipasi politik generasi milenial muslim seharusnya mentauladani Rasulullah SAW dan para sahabatnya yaitu menyeru masyarakat dan penguasa untuk menerapkan aturan Islam sebagai aturan kehidupan bermasyarakat serta meninggalkan sistem sekuler yang darinya lahir sistem politik demokrasi. Inilah partisipasi yang benar dalam aktivitas politik yang harus diwujudkan oleh generasi milenial Muslim.

Referensi:

Buku Pemikiran Politik Islam karya syaikh Abdul qadim zallum.
http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2018/09/15/miliki-populasi-besar-suara-pemilih-dari-generasi-milenial-dalam-pilpres-2019-dianggap-krusial
https://m.republika.co.id/amp/pelltj377
https://m.detik.com/news/kolom/d-4209523/signifikansi-pemilih-milenial
https://m.liputan6.com/pilpres/read/3641449/pilpres-2019-dan-pertarungan-merebut-hati-kaum-milenial#
https://m.detik.com/news/berita/d-4211731/formappi-68-caleg-berusia-produktif-sisanya-21-dari-milenial
http://harian.analisadaily.com/mobile/opini/news/merebut-suara-milenial/610648/2018/08/31




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ya Allah, Aku Ingin ke Baitullah

     Sore ini dalam perjalanan ke forum ilmu yang jarak tempuhnya kurang lebih memakan waktu 30-45 menit, aku tenangkan hati dengan memak...